PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil membukukan peningkatan pendapatan dividen sebesar 9% menjadi Rp 1,5 triliun pada kuartal II-2023. Namun, sekalipun pendapatan dividen SRTG meningkat, nyatanya, laba perusahaan investasi ini mengalami koreksi yang cukup dalam.
Adapun, SRTG membukukan rugi berjalan yang diatribusikan ke entitas pemilik per Juni 2023 sebesar Rp12.21 triliun. Angka ini pun berbalik dari untung pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3.31 triliun. Penurunan laba bersih ini pun disebabkan oleh pengusutan pendapatan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya yang tercatat menjadi minus Rp 15 triliun dari sebelumnya untung Rp 2,7 triliun.
Meskipun begitu, Direktur Keuangan SRTG, Lany D Wong, mengungkapkan bahwa sepanjang kuartal II-2023, SRTG mampu mempertahankan rasio biaya dan utang yang sehat dengan biaya operasional sebesar 0,5% dari NAV dan loan to value sebesar 1,1%. Sementara itu, SRTG juga berhasil menurunkan beban bunga sebesar 53% di tengah tingkah suku bunga yang masih tinggi. Posisi utang bersih perusahaan juga tercatat berkurang dari Rp 688 miliar menjadi Rp 507 miliar di kuartal II-2023.
Lany juga menjelaskan bahwa harga saham di sejumlah portofolio SRTG mengalami penurunan pada periode ini, seperti contohnya saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Adapun, Lany menegaskan bahwa nilai kerugian yang tercatat pada kuartal II-2023 ini sebagian besar merupakan kerugian yang belum direalisasikan dan hanya tercatat di laporan laba/rugi.