Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sukses meluncur ke angkasa dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat pada pukul 18.21 waktu setempat. Peluncuran SATRIA-1 dengan roket Falcon-9 milik SpaceX juga terbilang cukup singkat, hanya dengan kisaran 10 menit.
Sebagai informasi, SATRIA-1 merupakan satelit internet pertama milik Pemerintah Indonesia, yang disiapkan untuk menghadirkan internet bagi masyarakat Indonesia di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, terluar) dan mengisi orbit di 146 Bujur Timur (BT). Adapun, studi terbaru BAKTI Kemenkominfo pada 2023, menunjukkan bahwa SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps, akan dapat menghadirkan layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik.
Kecepatan internet di setiap titik layanan publik itu pun diproyeksikan mencapai 4 Mbps, naik dari perhitungan awal di 2018 saat proyek SATRIA-1 dirintis yang mengusung kecepatan 1 Mbps untuk setiap titiknya. Di samping itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo, Hary Budiarto, mengatakan bahwa Indonesia memiliki tantangan tersendiri mengenai konektivitas digital.
Di negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, pengadaan teknologi serat optik untuk memenuhi kebutuhan bandwidth di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) serta tempat layanan publik tidak selalu terlihat jelas, terutama dari segi teknis, waktu, dan biaya. Oleh karena itu, kehadiran SATRIA-1 diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk membantu masyarakat merangkul digitalisasi, khususnya untuk kepentingan ekonomi digital dan edukasi.