[Medan | 15 Februari 2024] Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso, menyatakan kesiapan perusahaan untuk memberikan dividen besar kepada pemegang saham, dengan rentang rasio antara 70% hingga 80% dari laba bersih tahun 2023. Ia menegaskan bahwa rasio tersebut dianggap realistis mengingat capital adequacy ratio (CAR) BBRI mencapai 27%, melebihi kebutuhan standar Basel yang hanya sebesar 17,5% untuk mengantisipasi segala jenis risiko.
Sunarso menjelaskan bahwa perseroan masih memiliki kelebihan modal sekitar 10%, mengacu pada perbandingan tersebut. Dengan asumsi penggunaan CAR sebesar 2% setiap tahunnya, ia menyatakan bahwa dalam kurun waktu 4 hingga 5 tahun ke depan, BBRI dianggap tidak perlu penambahan modal. Oleh karena itu, Sunarso memastikan bahwa BBRI tidak menghadapi masalah apabila sebagian besar laba bersih perusahaan dikonversikan menjadi dividen, terutama bagi pemegang saham mayoritas, yakni negara dengan kepemilikan saham sebesar 53,19%.
Sebagai informasi, BBRI berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 60,4 triliun di sepanjang tahun 2023. Angka tersebut pun berhasil meningkat 17,5% dibandingkan dengan capaian tahun 2022 yang sebesar Rp 51,4 triliun. Adapun pertumbuhan laba BBRI ini didukung oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dari tahun sebelumnya sebesar Rp 124,59 triliun menjadi sebesar Rp 135,18 triliun. Tak hanya itu, pendapatan non bunga BRI juga tercatat meningkat 12,61% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 53,29 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari pos komisi dan administrasi yang mencapai Rp 20,74 triliun.
Di sisi lain, laba BRI juga tertahan oleh kenaikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam periode 2023. CKPN BRI tercatat naik sekitar 7,81% YoY menjadi sebesar Rp 29,52 triliun. Sementara dari sisi penyaluran kredit, BRI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 11,2% menjadi Rp 1.266,4 triliun. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih tinggi dari kredit secara industri yang sekitar 10,4% YoY.
Adapun segmen UMKM masih menjadi mayoritas penyaluran kredit BRI dengan porsi mencapai 84,4% atau senilai Rp 1.068,7 triliun. Alhasil, aset bank BBRI tercatat semakin jumbo mencapai Rp 1.965 triliun atau naik sekitar 5,36% YoY. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI hanya tumbuh mini 3,85% YoY menjadi Rp 1.358,32 triliun. Kemudian instrumen deposito menjadi yang tumbuh paling cepat dari Rp 435,48 triliun menjadi Rp 484,26 triliun. Sementara, instrumen giro mengalami penurunan dari Rp 349,76 triliun menjadi Rp 346,12 triliun. Hal tersebut juga tercermin dari rasio Loan Deposit Ratio (LDR) yang mengalami kenaikan dan berada di level 84,2%, daripada tahun sebelumnya yang tercatat berada di level 79,17%.