[Medan | 4 September 2024] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,01% ke level 7.616 pada akhir perdagangan hari Selasa (3/9/2024). IHSG kembali gagal mempertahankan posisi di atas level psikologis 7.700, meskipun pada sesi awal hari Selasa sempat berada di kisaran 7.700-an.
Hanya satu indeks sektoral yang berhasil bertahan di zona hijau, yaitu sektor kesehatan yang naik 0,36%. Sebaliknya, 10 indeks sektoral lainnya mengalami penurunan, seiring dengan melemahnya IHSG. Sektor teknologi mencatatkan penurunan terdalam sebesar 3,04%, diikuti oleh sektor barang konsumen non-primer yang turun 1,49%, dan sektor infrastruktur yang melemah 1,39%.
Di sisi lain, saham-saham yang berhasil menguat dan menjadi top gainers termasuk PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang naik 0,74%, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) yang menguat 0,70%, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang naik 0,65%. Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan signifikan antara lain PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang turun 5,07%, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang melemah 2,40%, dan PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) yang anjlok 2,26%.
Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan bahwa penurunan IHSG pada hari Selasa ini disebabkan oleh berbagai sentimen negatif, baik dari faktor eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, IHSG dipengaruhi oleh pelemahan indeks saham Asia yang menunggu rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS), khususnya data manufaktur yang akan dirilis pada hari Selasa waktu setempat, serta data nonfarm payrolls yang akan diumumkan akhir pekan ini.
Selain itu, pasar juga mengantisipasi arah kebijakan pemerintah China terkait stimulus ekonomi di tengah perlambatan ekonominya. Hal ini didorong oleh tanda-tanda baru masalah ekonomi di China, di mana data dari National Bureau of Statistics China pada hari Sabtu pekan lalu menunjukkan bahwa aktivitas pabrik China mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada bulan Agustus, dengan indeks di level 49,1 turun dari 49,4 pada bulan sebelumnya.
Dari dalam negeri, Pilarmas menilai IHSG juga tertekan oleh aksi profit taking setelah mencatatkan all time high (ATH). Selain itu, pasar merespons negatif terhadap indeks manufaktur yang kembali masuk zona kontraksi. Indeks PMI manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi di level 48,9 pada bulan Agustus 2024, turun 0,4 poin dari bulan Juli 2024 yang berada di level 49,3, yang menjadi perhatian pasar.
Lebih lanjut, deflasi yang dialami Indonesia selama empat bulan berturut-turut, yang diikuti dengan turunnya PMI Manufaktur Agustus ke level 48,9 poin, mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat. Deflasi ini merupakan yang pertama kali terjadi selama empat bulan berturut-turut sejak 1999, atau dalam 25 tahun terakhir. Selama Era Reformasi, Indonesia baru kali ini mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut, yang semakin menegaskan adanya pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil.