[Medan | 19 Maret 2024] Harga saham PT Timah Tbk (TINS), perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan timah ini terpantau terus melesat di tengah isu potensi kelangkaan komoditas timah global. Adapun pada perdagangan hari Senin (18/3/2024), saham TINS ditutup menguat 1,69% ke level Rp 900 per saham.
Kenaikan ini membuat saham TINS melonjak 46,28% selama satu pekan perdagangan terakhir, sementara dalam satu bulan perdagangan harganya bahkan meningkat sebesar 54,39%. Akibat peningkatan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) pun memasukkan saham TINS dalam kategori unusual market activity (UMA).
Melesatnya saham TINS ini pun terjadi seiring dengan lonjakan harga timah di pasar global, yang dipicu oleh potensi kelangkaan komoditas tersebut di tingkat global. Sebagai informasi, pasar timah global diperkirakan mengalami defisit sebesar 5.000 ton pada tahun ini, berbanding dengan surplus sebesar 6.000 ton yang tercatat sepanjang tahun lalu.
Proyeksi permintaan juga diperkirakan meningkat pada tahun ini, terutama dari sektor semikonduktor dan teknologi, dimana timah menjadi kebutuhan penting untuk pengembangan kecerdasan buatan dan chip otomotif.
Selain itu, ketidakpastian dari Myanmar turut memberikan dampak negatif, khususnya setelah wilayah pertambangan utama di negara tersebut menerapkan kenaikan pajak ekspor. Wilayah negara bagian Wa, yang merupakan wilayah otonom di Myanmar, memberlakukan pajak ekspor sebesar 30% untuk semua konsentrat timah mulai tanggal 7 Februari.
Myanmar sendiri merupakan produsen bijih timah terbesar ketiga di dunia, dan pungutan yang diperluas berarti industri termasuk pengolahan makanan dan semikonduktor akan menghadapi biaya yang lebih tinggi. Adapun menurut Asosiasi Timah Internasional, wilayah tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan logam China pada 2022. Dengan begitu, kenaikan tarif ekspor itu akan pun akan mendorong harga timah.