[Medan | 2 Mei 2024] Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 30 April – 1 Mei 2024 waktu setempat.
Keputusan untuk tidak mengubah suku bunga tersebut diambil karena inflasi masih sulit dikendalikan agar turun menuju target. Gubernur The Fed, Jerome Powell, mencatat bahwa laju kenaikan harga masih terlalu tinggi. Meskipun ada sedikit penurunan, tingkat inflasi masih dianggap tinggi.
Data menunjukkan bahwa inflasi AS pada bulan Maret mencapai 3,5% (year on year/yoy), naik dari periode sebelumnya yang sebesar 3,2% yoy. Meskipun inflasi bulanan tetap stabil di 0,3%, tingkat inflasi tahunan meningkat menjadi 2,7% pada Maret 2024. Kondisi ini menunjukkan bahwa inflasi AS masih mengkhawatirkan, sehingga menjadi hambatan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Meskipun belum ada isyarat tentang penurunan suku bunga, The Fed menegaskan bahwa mereka tidak berencana untuk menaikkan suku bunga tahun ini. Pernyataan tersebut memberikan ketenangan kepada para investor yang khawatir akan kemungkinan tindakan agresif dari The Fed terhadap tanda-tanda perlambatan inflasi.
Sementara itu, di pasar keuangan Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka pada sesi perdagangan pertama hari Kamis (2/5/2024) di level 7.234, dan selang lima menit setelah dibuka, IHSG turun 0,48% menjadi 7.199. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terbuka dengan kenaikan 0,24% atau 39 poin ke level Rp16.219 per dolar AS pada perdagangan pagi hari Kamis (2/5/2024), sementara indeks dolar melemah 0,02% ke level 105,615.