[Medan | 19 Desember 2024] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung melemah signifikan pada perdagangan Kamis pagi (19/12/2024), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya. Pada pukul 09.36 WIB, IHSG tercatat anjlok 2,03% ke level 6.963, sekaligus meninggalkan level psikologis 7.000.
Sebagai informasi, The Fed resmi menutup tahun 2024 dengan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), menjadikan kisaran suku bunga acuan saat ini berada di angka 4,25-4,50%. Keputusan tersebut diumumkan pada Rabu malam waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Ini pun merupakan kali ketiga berturut-turut The Fed memangkas suku bunga sepanjang tahun ini, sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar yang tercermin dari CME FedWatch Tool, di mana sebanyak 97,99% pelaku pasar telah memproyeksikan pemangkasan ini.
Meskipun begitu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pada 2025, The Fed hanya berencana melakukan dua kali pemangkasan suku bunga. Powell menekankan bahwa kelanjutan pemangkasan bergantung pada perkembangan inflasi yang lebih signifikan, sembari mempertimbangkan prospek perubahan ekonomi di bawah pemerintahan baru Donald Trump yang akan datang. Hal ini menandakan bahwa kebijakan moneter ke depan akan lebih terukur dan disesuaikan dengan kondisi ekonomi global.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 17 – 18 Desember 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,25% dan suku bunga lending facility di level 6,75%.
Secara domestik, beberapa indikator ekonomi menunjukkan perlambatan, terutama dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang menjadi kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, tingkat inflasi pada November 2024 turun ke 1,55% secara tahunan, dan mencapai titik terendahnya sejak April 2021. Angka ini pun mendekati batas bawah target BI, dan kondisi ini sebenarnya menciptakan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede juga pada awalnya melihat BI Rate dapat turun jika sinyal Fed Fund Rate (FFR) dipangkas pada FOMC Desember 2024 semakin kuat, dan rupiah tidak tembus Rp 16.000 per dolar. Namun nyatanya pada akhir pekan lalu, rupiah ditutup di atas Rp 16.000 per dolar AS dan terus berlanjut pelemahannya pada pekan ketiga Desember. Adapun pada akhir perdagangan hari Selasa (17/12/2024), rupiah ditutup di level Rp16.085 per dolar AS.