Tupperware, salah satu merek perlengkapan makanan favorit ibu-ibu di Indonesia, sedang menghadapi kesulitan bisnis. Pada hari Senin (10/4/2023), harga sahamnya turun hampir 50% di tengah kekhawatiran perusahaan gagal menarik pembeli yang berusia lebih muda.
Dalam sebuah pernyataan, Tupperware mengatakan bahwa pihaknya meragukan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Mereka juga mengatakan bahwa mereka sedang mencari pendanaan untuk melanjutkan operasi perusahaan mereka.
Selain itu, Tupperware mengatakan bahwa tanpa pendanaan lagi, pihaknya akan kehabisan dana untuk menutupi pengeluaran. Perusahaan juga mengatakan bahwa pihaknya sedang melihat kemungkinan PHK, dan sedang meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang potensial.
Menurut Analis ritel di GlobalData, Neil Saunders, Tupperware saat ini berada dalam posisi genting secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan. Sebagai informasi, Tupperware sempat melakukan rebranding untuk menarik pembeli yang berusia lebih muda dengan memperkenalkan produk yang lebih trendy dan modis. Sayangnya, usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Selain itu, fakta bahwa Tupperware hanya memiliki sedikit aset dan tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan uang semakin memperburuk situasi ini. Saham Tupperware juga telah turun hingga 90% selama setahun terakhir. Adapun, Bursa saham New York ataupun New York Stock Exchange telah mengeluarkan peringatan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan wajib.