[Medan | 16 Desember 2024] PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), pengelola jaringan ritel Alfamart, melaporkan penutupan sekitar 400 gerai sepanjang tahun 2024. Corporate Affairs Director AMRT Solihin menyampaikan bahwa penutupan ini terutama disebabkan oleh biaya operasional yang tinggi, seperti biaya sewa, yang tidak sebanding dengan pendapatan dari penjualan.
Meskipun begitu, AMRT tetap agresif dalam ekspansi, dengan membuka lebih banyak gerai baru dibandingkan yang ditutup. Hingga akhir tahun, perusahaan telah melampaui target pembukaan 800 gerai baru.
Sementara dari sisi keuangan, AMRT berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 9,52% menjadi Rp2,39 triliun per September 2024. Pendapatan perseroan juga tumbuh 10,24% menjadi Rp88,21 triliun, didukung oleh kenaikan gross profit margin menjadi 21,39% dari 21,12% di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, net profit margin sedikit menurun menjadi 2,72% dari 2,74%, akibat kenaikan beban penjualan dan pemasaran sebesar 11,99% menjadi Rp15,04 triliun. Beban ini terutama berasal dari pos gaji karyawan yang naik 10,33% menjadi Rp7,8 triliun, serta biaya sewa yang meningkat signifikan sebesar 26,78% menjadi Rp445 miliar.
Melihat ke depan, kinerja AMRT di tahun 2025 diperkirakan menghadapi tantangan, terutama karena efek pelonggaran suku bunga oleh bank sentral tidak langsung terasa di sektor ritel. Fluktuasi nilai tukar mata uang juga menjadi risiko yang harus diperhatikan, seiring dengan kebijakan ekonomi China dan potensi kebijakan baru dari pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Meski begitu, AMRT memiliki peluang pertumbuhan melalui ekspansi ke luar Jawa, di mana margin keuntungan cenderung lebih tinggi. Hingga kuartal III/2024, pendapatan dari wilayah luar Jawa tumbuh 15,07% menjadi Rp31,93 triliun, sementara laba segmen tersebut meningkat 16,87% menjadi Rp1,74 triliun. Dengan melanjutkan ekspansi di wilayah ini, AMRT diharapkan mampu menjaga pertumbuhan bisnisnya hingga daya beli masyarakat pulih secara signifikan.