[Medan | 6 Oktober 2025] PT Solusi Sinergi Digital Tbk (Surge) bersama Bali Internet (mitra Starlite) dan Huawei Indonesia resmi meluncurkan jaringan Wi-Fi 7 pertama di Indonesia pada Jumat (3/10/2025) di SMPN 15 Denpasar, Bali.
Acara ini dihadiri oleh pemegang saham Grup Surge Hashim Djojohadikusumo, Gubernur Bali I Wayan Koster, serta pimpinan Bali Internet dan Huawei Indonesia. CEO Surge Yune Marketatmo menjelaskan bahwa Wi-Fi 7 adalah teknologi internet generasi terbaru dengan kecepatan hingga 2 Gbps, sekitar 50 kali lebih cepat dari rerata kecepatan internet di Indonesia yang berada di level 41,24 Mbps menurut Ookla (Juni 2025).
Dalam uji coba, tim Surge mencatat kecepatan unduh 2.205 Mbps dan unggah 1.594 Mbps. Untuk mengunduh film berukuran 1,16 GB hanya membutuhkan waktu sekitar empat detik.
Hashim Djojohadikusumo menyebut peluncuran ini sebagai tonggak penting bagi transformasi digital nasional. Surge memilih sekolah sebagai lokasi peluncuran untuk menegaskan bahwa pendidikan adalah fondasi utama kemajuan digital Indonesia.
Bali dipilih karena menjadi etalase pariwisata dunia sekaligus pusat industri kreatif yang potensial. CEO Bali Internet Muhammad Arif Angga menilai teknologi ini akan mempercepat perkembangan pariwisata dan UMKM lokal. Sementara Huawei menegaskan komitmennya mempercepat transformasi digital Indonesia melalui kemitraan teknologi.
Namun di balik kemeriahan peluncuran ini, muncul spekulasi di pasar modal mengenai keputusan Surge menggandeng Huawei, bukan mitra teknologi dari Jepang NTT East yang diketahui sebagai investor strategis di anak usaha Surge, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE).
Pengamat pasar modal dan Founder Entry Exit Investment Indrawijaya Rangkuti menilai langkah Surge ini bisa menjadi test drive bagi Huawei untuk memperdalam keterlibatannya di struktur kepemilikan Surge. Menurutnya, langkah ini merupakan sinyal strategis bahwa Surge tengah membuka ruang bagi investor global baru.
Bagi Huawei, mengambil sebagian kecil saham perusahaan seperti WIFI adalah langkah cerdas karena mereka tidak hanya menjual teknologi, tetapi juga menjadi bagian dari infrastruktur digitalnya. Jika strategi ini benar, maka Surge berpotensi memperoleh akses terhadap teknologi kelas dunia dengan harga yang lebih efisien, sekaligus memperkuat daya saing di sektor infrastruktur digital.
Selain itu, ada teori lain bahwa ini bukan pergantian mitra antara Jepang dan China, melainkan upaya membangun sinergi keduanya di bawah satu entitas Indonesia. Kombinasi modal dan tata kelola Jepang dari NTT East dengan kecepatan inovasi Huawei dari China dapat melahirkan entitas hybrid yang kuat di Asia.
Jika hal ini terwujud, Surge akan menjadi kekuatan baru dengan dukungan dua raksasa ekonomi Asia. Modal Jepang dan teknologi China adalah kombinasi yang bisa mengubah peta industri digital Indonesia. Menurut Indrawijaya, sinergi ini bisa menjadi preseden baru di pasar, menciptakan model coopetition atau kolaborasi sekaligus kompetisi yang akan memperkaya lanskap industri telekomunikasi nasional.
Sementara itu, saham WIFI mencatat peningkatan volume pembelian signifikan sejak Jumat (3/10/2025). Indrawijaya memperkirakan harga saham berpotensi menuju level 3.460 dalam waktu dekat, dengan target akhir tahun di kisaran 3.900. Adapun level support penting berada di 2.410 dan minor support di 2.750.