[Medan | 23 September 2025] Investor asing mencatatkan aksi jual besar-besaran di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang September 2025. Mengacu data Kementerian Keuangan per 17 September, nonresiden sudah melepas sekitar US$1,85 miliar atau setara Rp30,94 triliun, sehingga kepemilikan asing turun ke Rp919,25 triliun, terendah sejak awal Juli lalu.
Tekanan jual terjadi di tengah derasnya dinamika domestik, mulai dari pergantian Menteri Keuangan, kebijakan suntikan kas pemerintah ke bank BUMN, isu independensi Bank Indonesia, hingga kesepakatan DPR dan Kemenkeu untuk menaikkan defisit RAPBN 2026 menjadi 2,68 persen. Kondisi ini menambah kekhawatiran investor terkait kredibilitas pengelolaan fiskal.
Meski asing keluar, pasar obligasi sempat reli. Penurunan imbal hasil didorong oleh tambahan likuiditas dari Kemenkeu dan keputusan Bank Indonesia memangkas BI Rate. Namun, kabar kenaikan defisit RAPBN kembali menahan laju penguatan SUN.
Kesehatan fiskal disebut menjadi salah satu kekhawatiran investor, sementara ketidakpastian baru akan menambah kehati-hatian di pasar, menurut Jeffrey Zhang, Ahli Strategi Pasar Berkembang Credit Agricole di CIB Hong Kong. Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson menilai kredibilitas moneter Indonesia berada di posisi rawan. Jika parlemen menghapus batas defisit fiskal 3 persen, risiko penurunan daya tarik pasar bisa semakin tajam.
Sepanjang tahun berjalan, asing sebenarnya masih mencatatkan net buy SBN senilai US$2,78 miliar atau Rp46,28 triliun. Namun tren September ini bisa menjadi titik balik jika tekanan berlanjut. Sementara itu, di pasar saham, nonresiden mencatat net sell US$472,7 juta atau Rp7,85 triliun bulan ini, meski pada perdagangan Jumat lalu sempat terjadi net buy harian terbesar setahun terakhir mencapai US$172,2 juta.
Rupiah ikut tertekan dan pada Senin (22/9) melemah ke Rp16.613 per dolar AS, terkoreksi 0,15 persen, sehingga kinerjanya sepanjang tahun ini menjadi yang terburuk di Asia dengan depresiasi 3,08 persen.