[Medan | 14 Mei 2025] Harga emas dunia terus mengalami tekanan seiring meredanya ketegangan geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Berdasarkan laporan Reuters pada Selasa (13/5/2025), harga emas di pasar spot turun sebesar 3% menjadi US$3.225,28 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS tercatat anjlok 3,5% ke level US$3.228 per troy ounce.
Analis emas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan harga emas saat ini disebabkan oleh meredanya sejumlah risiko global. Di antaranya, adanya gencatan senjata antara India dan Pakistan setelah meningkatnya ketegangan di wilayah Kashmir, keputusan The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga acuan, serta kesepakatan antara AS dan China untuk menurunkan tarif impor secara signifikan.
Kesepakatan dagang antara AS dan China yang dicapai dalam pertemuan di Jenewa dianggap sebagai langkah besar menuju perdamaian dagang. Tarif AS atas barang-barang asal China dipangkas dari 145% menjadi 30%, sedangkan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10%. Hal ini mendorong investor untuk keluar dari aset safe haven seperti emas dan kembali masuk ke aset berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
Meskipun begitu, beberapa analis mengingatkan agar investor tidak terburu-buru melepas kepemilikan emas. Ketidakpastian global masih tinggi, baik dari sisi ekonomi maupun geopolitik. Pembelian oleh bank sentral, minat investor global, serta kekhawatiran terhadap inflasi masih menjadi faktor pendukung harga emas dalam jangka panjang.
Di kawasan Eropa, konflik antara Rusia dan Ukraina masih memanas, meski ada berbagai usulan gencatan senjata. Rusia tetap melancarkan serangan ke Ukraina. Sementara di Timur Tengah, konflik Palestina-Israel juga terus berlangsung. Israel menolak usulan gencatan senjata dan tetap menyerang Jalur Gaza. Ibrahim memperkirakan, harga emas masih berpotensi menguat ke level US$3.400 per troy ounce apabila eskalasi geopolitik kembali meningkat.