[Medan | 23 Oktober 2024] Likuiditas ekonomi atau jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2024 tercatat mencapai Rp 9.044,9 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 7,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), hampir stagnan jika dibandingkan dengan pertumbuhan 7,3% pada Agustus lalu.
Pertumbuhan ini sendiri dinilai relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya, dipengaruhi oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,9% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,3% (yoy). Pada September 2024, nilai M1 mencapai Rp 4.993,6 triliun, berkontribusi 55,2% dari total M2. Pertumbuhan M1 dipengaruhi oleh uang kartal di luar perbankan umum dan BPR serta giro dalam rupiah.
Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah uang kartal yang beredar di masyarakat pada September 2024 sebesar Rp 957,2 triliun, tumbuh 10,6% secara tahunan (yoy), namun melambat dari pertumbuhan 12,1% pada Agustus. Selain itu, penyaluran kredit pada September 2024 tumbuh 10,4% (yoy), sedikit lebih rendah dari pertumbuhan 10,9% pada bulan sebelumnya.
Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat meningkat 12,3% (yoy), stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih mengalami kontraksi sebesar 0,3% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 1,1%.
Perlambatan uang beredar dapat berdampak pada lesunya penjualan ritel. Pada September, penjualan ritel diperkirakan turun 2,5% month-on-month (mom) dan secara tahunan tumbuh melambat sebesar 4,7% yoy. Jika tren ini terus berlanjut, deflasi ekonomi bisa semakin panjang, terutama jika penurunan penjualan ritel terus berlangsung hingga November. Kondisi ini berpotensi menciptakan periode deflasi terpanjang sejak krisis ekonomi 1998.