[Medan | 14 Oktober 2024] Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Rp 2,84 triliun modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia selama pekan ini, yaitu dari 7 hingga 10 Oktober 2024. Para ekonom berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh minat investor yang kembali beralih ke pasar keuangan Amerika Serikat (AS).
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya, menjelaskan bahwa para investor masih enggan untuk berinvestasi di pasar negara berkembang atau emerging market. Ia menyoroti lambatnya pemulihan ekonomi China, yang diperparah oleh sinyal penahanan stimulus ekonomi. Selain itu, tingginya risiko geopolitik yang memicu fluktuasi harga komoditas juga menjadi faktor yang mendorong keluarnya modal asing dari negara-negara berkembang dan beralih kembali ke AS.
Berdasarkan data transaksi dari 7 hingga 10 Oktober 2024 yang dikumpulkan BI, aliran modal asing keluar terutama terjadi di pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Investor asing tercatat melakukan jual neto sebesar Rp 4,47 triliun di pasar saham dan Rp 2,73 triliun di SRBI.
Namun, di sisi lain, asing tercatat melakukan beli neto sebesar Rp 4,37 triliun di Surat Berharga Negara (SBN). Seiring keluarnya modal asing dari pasar keuangan domestik, premi risiko investasi di Indonesia juga mengalami kenaikan, tercermin dari peningkatan premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun, yang mencapai 68,30 bps pada 10 Oktober 2024, naik dari 67,25 bps pada 4 Oktober 2024.
Dengan perkembangan ini, data setelmen dari awal tahun hingga 10 Oktober 2024 menunjukkan bahwa non-residen mencatat beli neto sebesar Rp 46,68 triliun di pasar saham, Rp 41,19 triliun di pasar SBN, dan Rp 193,51 triliun di SRBI. Untuk periode semester-II 2024, non-residen mencatat beli neto sebesar Rp 46,33 triliun di pasar saham, Rp 75,15 triliun di pasar SBN, dan Rp 63,16 triliun di SRBI.