[Medan | 23 Juli 2024] Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp 9.026,2 triliun pada Juni 2024, mengalami pertumbuhan sebesar 7,8% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 7,6% yoy yang tercatat pada Mei 2024.
Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono, menyebutkan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,0% yoy dan uang kuasi sebesar 7,7% yoy. Selain itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,1% yoy, meningkat dari pertumbuhan Mei sebesar 0,6% yoy. Di sisi lain, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh 14% yoy, meskipun melambat dari lonjakan 22,7% yoy pada Mei.
Menurut Investopedia, uang dalam perekonomian dikategorikan menjadi M0, M1, dan M2. M0 mencakup jumlah total uang kertas dan koin yang beredar serta cadangan bank sentral. M1 meliputi M0 ditambah uang yang disimpan dalam rekening tabungan dan cek perjalanan, sedangkan M2 mencakup M1 ditambah uang yang diinvestasikan dalam aset jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti deposito dan obligasi jangka pendek.
Investopedia menjelaskan bahwa peningkatan jumlah uang beredar biasanya mendorong kebijakan penurunan suku bunga, yang dapat meningkatkan investasi dan mengalokasikan lebih banyak uang ke tangan konsumen, merangsang pengeluaran. Dunia usaha kemudian merespons dengan memesan lebih banyak bahan baku dan meningkatkan produksi, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan tenaga kerja.
Sebaliknya, penurunan jumlah uang beredar atau perlambatan pertumbuhannya dapat mengakibatkan penurunan pinjaman oleh bank, penundaan proyek bisnis, dan berkurangnya permintaan konsumen untuk hipotek dan pinjaman mobil. Namun, peningkatan uang beredar yang sangat tinggi dapat memicu inflasi.