[Medan | 18 Juni 2025] Sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada level 5,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juni 2025. Langkah ini dipandang sebagai respons terhadap meningkatnya eskalasi geopolitik di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel, yang kembali memunculkan kekhawatiran global.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa meskipun ketidakpastian perang dagang mulai mereda, lonjakan tensi geopolitik mendorong munculnya kembali sentimen risk-off di pasar keuangan global. Kondisi ini bisa memberi tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah yang sudah cukup rentan.
Sementara itu, Kepala Ekonom BCA, David Sumual, juga menyatakan pandangan senada. Ia menilai bahwa gejolak geopolitik dan fluktuasi harga minyak menjadi alasan utama Bank Indonesia belum akan melakukan perubahan suku bunga pada RDG kali ini.
Harga minyak mentah dunia, khususnya jenis West Texas Intermediate (WTI), sempat mengalami lonjakan hingga 1,7%, mendekati level US$ 73 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan evakuasi Teheran di tengah pernyataan Israel yang bertekad melanjutkan aksi militernya ke wilayah Iran. Namun sebelumnya, harga sempat turun 1,7% setelah muncul sinyal dari pihak Iran yang menyatakan keinginan meredakan eskalasi konflik menyusul serangan ke fasilitas nuklir dan target militer mereka.
Trump sendiri pada Senin (16/6/2025) kembali menegaskan seruannya kepada Iran untuk menyetujui perjanjian pembatasan program nuklir. Di saat bersamaan, Israel menyatakan akan tetap melanjutkan serangan militernya terhadap Iran.
Dengan latar belakang kondisi global yang penuh ketidakpastian dan volatilitas harga komoditas energi, para analis menilai BI akan cenderung bersikap hati-hati dan memilih mempertahankan kebijakan moneternya untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan daya tahan ekonomi nasional.