[Medan | 21 April 2025] Bank Indonesia (BI) dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22–23 April 2025.
Dalam pertemuan ini, pasar memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Keputusan ini mencerminkan langkah kehati-hatian BI dalam merespons meningkatnya risiko global, terutama yang berasal dari perang dagang dan tekanan inflasi akibat kebijakan tarif Amerika Serikat.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa keputusan mempertahankan suku bunga mencerminkan kebijakan moneter yang pro-stabilitas. Fokus utama BI saat ini adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yang rentan tertekan akibat meningkatnya ketidakpastian eksternal.
Menurut Josua, risiko eksternal tersebut mencakup ketegangan perdagangan global, lonjakan inflasi dari kebijakan tarif AS, serta tingginya volatilitas di pasar keuangan dunia. Dalam situasi seperti ini, menjaga suku bunga tetap dinilai sebagai langkah yang tepat untuk mempertahankan daya tarik aset domestik, serta mencegah potensi arus modal keluar (capital outflow) yang dapat memperlemah nilai tukar rupiah secara signifikan.
Lebih lanjut, Josua menambahkan bahwa dalam jangka pendek hingga menengah, sentimen investor global masih didominasi oleh sikap risk-off. Hal ini menyebabkan aliran modal cenderung mengalir ke aset-aset safe haven, seperti obligasi AS dan emas, sehingga menekan pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, BI juga harus mencermati risiko pelebaran defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang berpotensi meningkat akibat kebijakan fiskal ekspansif pemerintah, termasuk peningkatan impor. Dalam konteks ini, pelonggaran suku bunga justru bisa memperburuk tekanan eksternal, apalagi jika ekspor nasional melambat karena ketegangan dagang yang masih berlangsung.
Dengan mempertahankan suku bunga acuan, BI menunjukkan komitmennya dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas eksternal dan pertumbuhan ekonomi domestik. Sikap hati-hati ini menjadi penting, mengingat ketidakpastian global belum menunjukkan tanda-tanda mereda dalam waktu dekat.