[Medan | 21 Agustus 2024] Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 20 dan 21 Agustus 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,5% dan suku bunga lending facility di level 7%.
Sebelumnya, pada 16-17 Juli 2024 lalu BI juga memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6,25% suku bunga deposit facility juga sebesar 5,5% dan lending facility tetap 7%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini sejalan dengan kebijakan moneter yang pro-stabilitas, yang bertujuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah serta sebagai langkah pre-emptive dan forward-looking guna memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5±1% pada 2024 dan 2025.
Adapun saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan yang signifikan, bahkan pada perdagangan 20 Agustus 2024, rupiah sempat mencapai level Rp15.460 per USD, posisi terkuat sejak 29 Desember 2023. Penguatan rupiah ini pun tak lepas dari perlambatan ekonomi AS yang terlihat dari penurunan inflasi, baik di tingkat konsumen maupun produsen, serta melemahnya data ketenagakerjaan.
Pasar saat ini memperkirakan bahwa The Fed tidak hanya akan memangkas suku bunganya sebesar 75 basis poin, tetapi juga bisa mencapai 125 basis poin hingga akhir tahun dalam tiga pertemuan terbuka FOMC, yaitu pada September, November, dan Desember. Dengan begitu, pada akhir tahun ini, suku bunga AS diprediksi akan berada di level 4,25%, turun dari posisi saat ini yang sebesar 5,50%.
Penguatan rupiah juga didorong oleh arus masuk dana asing yang signifikan ke pasar keuangan domestik, khususnya melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menawarkan imbal hasil tinggi, mencapai lebih dari 7%. Data transaksi BI dari 12 hingga 15 Agustus 2024 mencatat neto pembelian oleh investor asing sebesar Rp9,67 triliun, dengan rincian Rp7,36 triliun di pasar SBN, Rp2,18 triliun di pasar saham, dan Rp0,13 triliun di SRBI.