[Medan | 20 November 2024] Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 19 – 20 November 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,25% dan suku bunga lending facility di level 6,75%.
Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka, mengungkapkan bahwa keputusan BI untuk menahan suku bunga ini dipengaruhi oleh volatilitas pasar uang yang masih tinggi, terutama dengan pelemahan rupiah di sekitar Rp15.800 per dolar AS, meskipun inflasi domestik tetap terjaga dalam kisaran 2,5% hingga 3,5%. Selain itu, aliran dana asing juga terpantau keluar dari pasar domestik. Berdasarkan data BI, sepanjang pekan kedua November 2024, arus keluar modal asing mencapai Rp7,42 triliun.
Dari sisi eksternal, pernyataan The Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan bahwa Bank Sentral AS tidak akan terburu-buru dalam menurunkan suku bunga turut mempengaruhi sentimen pasar global. Ekspektasi terhadap penurunan Fed Funds Rate (FFR) juga semakin terbatas, terutama setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS.
Selama kampanye, Trump sering menekankan kebijakan “America First,” yang mengutamakan kepentingan ekonomi domestik AS dengan menerapkan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis, seperti menaikkan tarif impor untuk melindungi industri dalam negeri dan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur serta pemotongan pajak. Kebijakan-kebijakan tersebut berpotensi memicu lonjakan inflasi di AS.
Jika inflasi meningkat, The Fed kemungkinan akan lebih cenderung mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga untuk mengatasi lonjakan harga dan mencegah ekonomi dari overheating, yang dapat memperkuat dolar. Penguatan dolar ini, bersama dengan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan Trump, dapat menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.
Dalam kondisi inflasi AS yang meningkat dan pelemahan rupiah, BI kemungkinan besar akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga, terutama jika dampak eksternal tersebut cukup besar untuk memengaruhi kestabilan ekonomi domestik.