[Medan | 16 Januari 2025] Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) dari 6,00% menjadi 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 14–15 Januari 2025. Selain itu, BI juga memangkas suku bunga deposit facility menjadi 5% dan lending facility menjadi 6,5%.
Namun, keputusan ini langsung berdampak pada nilai tukar rupiah. Data Bloomberg menunjukkan rupiah melemah ke level Rp16.314/US$ pada pukul 14:38 WIB, sesaat setelah pengumuman dilakukan. Beberapa menit kemudian, rupiah semakin tertekan hingga menyentuh Rp16.325/US$, mencatatkan pelemahan 0,37%.
Penurunan suku bunga ini mengejutkan pasar. Hingga siang hari sebelum pengumuman, konsensus Bloomberg yang menghimpun 38 institusi memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di level 6%, terutama karena kekhawatiran terhadap pelemahan rupiah akibat fenomena strong dollar.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan data inflasi yang menunjukkan tren positif. Pada akhir 2024, inflasi tercatat 1,57% (yoy), level terendah sejak 1958, akibat normalisasi harga pangan dan kebijakan pemerintah. BI optimistis inflasi akan tetap dalam target 1,5%–3,5% untuk 2025–2026.
Terkait pelemahan rupiah, Perry menyebut depresiasi sebesar 1% (point-to-point) hingga 14 Januari 2025 masih lebih baik dibandingkan beberapa mata uang Asia lainnya seperti rupee (melemah 1,2%), peso (1,33%), dan baht (1,92%).
Meskipun tekanan terhadap rupiah meningkat, BI yakin stabilitas nilai tukar akan tetap terjaga berkat kombinasi aliran modal asing yang berlanjut, imbal hasil domestik yang menarik, dan prospek ekonomi Indonesia yang positif. BI berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas rupiah, terutama di tengah dinamika global.