[Medan | 24 Mei 2024] Bank Indonesia (BI) memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah di depan mata, namun hal tersebut diproyeksikan belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Adapun BI memprediksikan bahwa The Fed baru akan menurunkan suku bunganya pada akhir tahun 2024.
Pasalnya, ketidakpastian pasar keuangan global masih tetap tinggi di tengah prospek perekonomian AS yang kuat. Ekonomi AS tumbuh kuat ditopang oleh perbaikan permintaan domestik, termasuk fiskal akomodatif, dan kenaikan ekspor. Namun inflasi AS pada April 2024 tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat tersebut, meski melambat dibandingkan dengan inflasi Maret 2024.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 21-22 Mei 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,50% dan suku bunga lending facility di level 7%.
Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan ini pun didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, inflasi Indonesia melambat menjadi 3% (yoy) pada April 2024, turun dari 3,05% (yoy) pada bulan sebelumnya. Kedua, meski mengalami penurunan 9,60% (yoy), Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan sebesar 3,56 miliar dolar AS pada April 2024. Kemudian pada bulan April 2024, ekspor Indonesia tumbuh positif sebesar 1,72% (yoy) menjadi 19,62 miliar dolar AS, yang juga merupakan kenaikan tahunan pertama sejak Juni 2023.
Sementara dari sisi eksternal, kondisi pasar keuangan pada bulan Mei mulai menunjukkan perbaikan yang didukung oleh meredanya kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan positif data ekonomi AS. Faktor-faktor ini, bersama dengan berbagai kebijakan BI, telah mendorong arus modal masuk ke pasar keuangan domestik, memperkuat dan menstabilkan nilai rupiah, sehingga sehingga suku bunga pun tetap dipertahankan di level 6,25%.