[Medan | 22 Mei 2024] Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 21-22 Mei 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,50% dan suku bunga lending facility di level 7%.
Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan ini pun didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, inflasi Indonesia melambat menjadi 3% (yoy) pada April 2024, turun dari 3,05% (yoy) pada bulan sebelumnya. Kedua, meski mengalami penurunan 9,60% (yoy), Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan sebesar 3,56 miliar dolar AS pada April 2024. Kemudian pada bulan April 2024, ekspor Indonesia juga tumbuh positif sebesar 1,72% (yoy) menjadi 19,62 miliar dolar AS. Ini pun merupakan kenaikan tahunan pertama sejak Juni 2023.
Sementara dari sisi eksternal, kondisi pasar keuangan pada bulan Mei mulai menunjukkan perbaikan yang didukung oleh meredanya kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan positif data ekonomi AS. Sebagai informasi, inflasi AS mencapai 3,4% (yoy) pada April 2024, sedikit turun dari 3,5% pada Maret 2024. Perkembangan inflasi tersebut pun meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada akhir 2024.
Faktor-faktor ini, bersama dengan berbagai kebijakan BI, telah mendorong arus modal masuk ke pasar keuangan domestik, memperkuat dan menstabilkan nilai rupiah, sehingga sehingga suku bunga pun tetap dipertahankan di level 6,25%. Sebagai informasi, langkah-langkah BI seperti intervensi melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah memberikan daya tarik tambahan terhadap arus modal ke pasar obligasi domestik. Adapun sejak 19 April – 17 Mei, arus modal yang masuk ke pasar obligasi domestik tercatat mencapai US$ 0,08 miliar.
Arus modal masuk itu juga terefleksikan di pergerakan imbal hasil surat utang pemerintah, dimana imbal hasil tenor 10 tahun turun dari 6,91% ke 6,89% selama periode tersebut, dan imbal hasil 1 tahun turun drastis dari 6,74% ke 6,29% di 19 Mei 2024. Dengan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25%, BI juga memberikan sinyal stabilitas yang dapat mengurangi volatilitas harga obligasi, sehingga membuat obligasi Indonesia lebih menarik, karena risiko terkait perubahan suku bunga menjadi lebih kecil.