[Medan | 20 Maret 2025] Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan hingga akhir perdagangan Selasa (19/3), ditutup pada level Rp 16.531 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dengan begitu, rupiah tercatat melemah 0,63% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di Rp 16.428 per dolar AS. Pelemahan ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan penurunan terdalam di kawasan Asia.
Sementara itu, pergerakan mata uang Asia lainnya bervariasi terhadap dolar AS. Peso Filipina, ringgit Malaysia, rupee India, dan dolar Singapura masing-masing menguat sebesar 0,02%, 0,26%, 0,02%, dan 0,16%. Sebaliknya, dolar Taiwan melemah 0,20%, baht Thailand turun 0,11%, dolar Hong Kong turun 0,02%, yuan China terdepresiasi 0,16%, yen Jepang turun 0,09%, dan won Korea melemah 0,27% terhadap dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (19/3/2025). Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa defisit transaksi berjalan dan kondisi rupiah masih dalam batas yang terkendali, sehingga BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Pengamat forex, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa rupiah pada perdagangan Kamis (20/3/2025) akan bergerak fluktuatif dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 16.520 hingga Rp 16.580 per dolar AS.
Ibrahim juga mencatat bahwa Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 4,5% setelah pertemuan yang berakhir pada Rabu, di tengah ketidakpastian ekonomi AS di bawah pemerintahan Donald Trump. Selain itu, kebijakan tarif perdagangan Trump terhadap Kanada dan Meksiko semakin menambah ketidakpastian terhadap prospek ekonomi AS, dengan rencana pemberlakuan tarif yang lebih tinggi pada awal April mendatang.