[Medan | 7 Agustus 2024] Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa konsumsi rumah tangga tetap menjadi komponen utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% pada kuartal II-2024. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 4,93%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 dan 2022 yang masing-masing mencapai 5,22% dan 5,52%.
Sementara itu, konsumsi pemerintah melambat pada kuartal II-2024 dengan pertumbuhan hanya 0,25% year-on-year (yoy), turun dari 1,06% yoy pada kuartal I-2024 dan 0,72% yoy pada kuartal II-2023.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, salah satu faktor perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 adalah suku bunga yang masih relatif tinggi, yang membuat masyarakat cenderung menunda pembelian barang tahan lama. Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, juga menyampaikan bahwa pelambatan ini sejalan dengan pengeluaran untuk Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang sebagian besar sudah terealisasi pada kuartal I-2024, mengingat Idul Fitri jatuh di awal kuartal II-2024.
Bank Indonesia (BI) diproyeksikan akan menurunkan suku bunga hingga mencapai 6% pada akhir tahun ini, dengan penurunan lebih lanjut pada 2025 jika suku bunga Federal Reserve (the Fed) juga terus menyusut. Senior Economist Bank DBS, Radhika Rao, memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dan the Fed akan menurunkan suku bunganya sebesar 50 bps.