[Medan | 7 Agustus 2024] Bursa saham Jepang mengalami rebound dan melonjak tajam pada awal perdagangan Selasa (6/8/2024) setelah sebelumnya anjlok lebih dari 10%. Menurut data Bloomberg, indeks Nikkei 225 menguat 9,4% ke level 34.416,32 pada pukul 10.10 WIB, sementara indeks Topix naik 9,3% ke 2.434,21.
Seiring dengan penguatan di bursa saham Jepang, indeks utama Taiwan juga naik lebih dari 4% pada awal perdagangan hingga mencapai 20.640,44 poin. Indeks Hang Seng (HSI) di Hong Kong dan Shanghai Composite Index masing-masing menguat 0,83% dan 0,43% hingga pukul 08.45 WIB. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berhasil ditutup menguat 0,99% ke level 7.129, berhasil kembali menyentuh level psikologis 7.100.
Sebagai informasi, pasar saham Jepang sebelumnya anjlok dua digit karena komentar dan data dari Federal Reserve membuat investor khawatir tentang valuasi ekuitas dan kemungkinan resesi di Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran resesi meningkat setelah rilis data pasar tenaga kerja AS menunjukkan pelambatan tajam dan data ekonomi yang mengecewakan.
AS pada hari Jumat lalu (2/8/2024) mengumumkan bahwa tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3% pada Juli 2024 dari 4,1% pada Juni 2024. Selain itu, penambahan pekerja pada non-farm payrolls hanya mencapai 114.000 pada Juli 2024, jauh di bawah angka Juni yang tercatat 179.000 dan perkiraan pasar sebesar 175.000.
Klaim pengangguran juga naik signifikan menjadi 249.000 pada pekan yang berakhir 27 Juli 2024, melebihi ekspektasi yang hanya memperkirakan kenaikan 1.000 klaim menjadi 236.000. Angka ini juga jauh di atas klaim pada pekan sebelumnya sebesar 235.000. Di sisi lain, indeks PMI Manufaktur S&P Global AS berada di angka 49,6 pada Juli 2024, yang merupakan level terendah sepanjang tahun ini, menunjukkan penurunan kondisi bisnis di sektor manufaktur AS.
Ancaman resesi yang meningkat di AS memicu kekhawatiran akan terjadinya hard landing, dengan The Fed dinilai lambat melakukan quantitative easing seperti saat pandemi Covid-19. Investor yang cenderung panic selling karena bursa saham global berjatuhan pun sempat mempengaruhi pergerakan IHSG hingga nyaris terkena trading halt atau penghentian sementara perdagangan.