[Medan | 9 Januari 2025] Posisi cadangan devisa Indonesia mencapai rekor tertinggi sebesar USD 155,7 miliar pada akhir Desember 2024, meningkat dari USD 150,2 miliar pada November 2024. Kenaikan ini didukung oleh penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa sektor migas, di tengah langkah stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia (BI) akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Menurut BI, cadangan devisa ini mampu membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar internasional yang setara dengan 3 bulan impor. BI menyatakan bahwa cadangan devisa tersebut memperkuat ketahanan sektor eksternal sekaligus mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional.
Melimpahnya cadangan devisa memberi kepercayaan lebih bagi BI dalam menjaga stabilitas rupiah pada tahun 2025, yang diperkirakan penuh tantangan seiring perubahan geopolitik global, termasuk potensi Perang Dagang 2.0 akibat kebijakan Donald Trump sebagai Presiden AS. Dengan cadangan yang besar, BI memiliki kemampuan lebih baik untuk meredam dampak arus modal jangka pendek terhadap rupiah.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalita Situmorang, memperkirakan cadangan devisa akan terus tumbuh, didukung oleh penerbitan obligasi global pemerintah senilai USD 1,5–1,75 miliar yang dijadwalkan pada 15 Januari 2025. Namun, meski cadangan devisa bertambah, ia menilai nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemungkinan tetap tertekan, mengingat indeks dolar AS (DXY) yang diprediksi menguat serta dampak kebijakan ekonomi global, termasuk pelemahan yuan oleh China.
Hosianna memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.000–Rp 16.400/USD sepanjang 2025, tergantung pada kebijakan moneter AS dan respons BI. Dengan tekanan dari penguatan DXY, BI diperkirakan mempertahankan suku bunga di sekitar 6%, dengan potensi penurunan terbatas ke 5,75%. Ia juga menekankan bahwa faktor global, termasuk kebijakan AS dan dinamika perdagangan global, akan terus memengaruhi nilai tukar rupiah meskipun BI berupaya menjaga stabilitas ekonomi domestik.