[Medan | 8 Oktober 2024] Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir September 2024 sebesar US$149,9 miliar, mengalami penurunan tipis dibandingkan dengan US$150,2 miliar pada akhir Agustus 2024. Meskipun terjadi penurunan, posisi cadangan devisa ini masih relatif stabil. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Cadangan devisa yang ada saat ini mampu mendanai 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan untuk impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional, yaitu sekitar 3 bulan impor, yang memberikan keyakinan bahwa cadangan devisa ini cukup untuk mendukung stabilitas makroekonomi dan ketahanan sektor eksternal.
Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi dengan pemerintah guna menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperingatkan bahwa cadangan devisa Indonesia berisiko terus menurun jika konflik geopolitik antara Iran dan Israel semakin memanas. Konflik ini dapat memicu arus keluar modal dari pasar negara berkembang seperti Indonesia, di tengah meningkatnya permintaan untuk aset-aset safe haven.
Selain itu, ketegangan geopolitik dan data pasar tenaga kerja AS yang kuat dapat meningkatkan harga minyak global, menimbulkan risiko terhadap penurunan inflasi di AS. Kondisi ini berpotensi menunda penurunan lebih lanjut dari Federal Funds Rate (FFR) oleh The Fed, yang pada gilirannya membuat aset-aset AS semakin menarik bagi investor.