[Medan | 4 September 2024] Baru-baru ini, China mengancam akan melakukan pembalasan ekonomi serius terhadap Jepang jika Jepang memberlakukan pembatasan lebih lanjut pada layanan dan penjualan peralatan pembuatan chip kepada perusahaan-perusahaan China. China mungkin akan merespons dengan memutus akses Jepang ke mineral-mineral penting untuk produksi otomotif.
Mobil merupakan salah satu ekspor terbesar Jepang, dan Toyota, sebagai salah satu perusahaan terpenting di negara tersebut, akan sangat terpengaruh oleh potensi pembatasan ekspor baru Jepang. Toyota juga telah melakukan investasi besar pada pabrik chip Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) di Kumamoto.
Ancaman ini muncul karena AS telah menekan Jepang untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat dalam upayanya mengekang kekuatan teknologi China, khususnya di sektor semikonduktor. AS sebelumnya telah memberlakukan embargo terhadap China untuk menghentikan ekspor chip canggih yang terutama digunakan dalam perangkat keras militer, meskipun beberapa perusahaan China mencoba menghindari larangan tersebut.
Sementara itu, industri dalam negeri China belum mampu memproduksi chip berteknologi tinggi yang mendukung teknologi utama mereka, terutama AI. Namun, China telah mengakses kemampuan tersebut melalui layanan komputasi awan untuk mengatasi pembatasan ekspor AS.
AS juga baru-baru ini mendanai program untuk membangun pabrik chip di AS, tetapi Taiwan masih menguasai 68% pasar semikonduktor global. Pejabat senior AS dilaporkan bekerja sama dengan mitra Jepang untuk melindungi pasokan bahan penting.
Toyota dan pembuat chip Tokyo Electron adalah perusahaan yang paling berisiko jika ekspornya terkena dampak, dengan saham Tokyo Electron turun hampir 2% setelah berita ketegangan hubungan Jepang-China. Namun, belum jelas apakah Jepang akan mematuhi tuntutan AS dan memberlakukan pembatasan ekspor, atau dampak spesifik apa yang akan terjadi pada industri Jepang. Presiden Biden dikatakan yakin bahwa kesepakatan akan tercapai pada akhir tahun.