[Medan | 9 April 2025] Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan bea tambahan sebesar 50% terhadap produk impor dari China.
Menanggapi hal ini, Kementerian Perdagangan China secara tegas menyatakan penolakan terhadap ancaman tersebut dan menegaskan komitmennya untuk mengambil langkah balasan guna melindungi hak dan kepentingan negaranya.
Ancaman dari Trump tersebut muncul setelah sebelumnya China menerapkan tarif sebesar 34% terhadap produk asal AS pada pekan lalu. Tarif ini merupakan respons atas kebijakan tarif tambahan sebesar 20% yang lebih dulu diberlakukan oleh AS sejak Februari 2025, sehingga total tarif yang diterapkan AS terhadap produk China tahun ini mencapai 54%.
Dengan rencana tarif tambahan terbaru, tarif rata-rata tertimbang AS terhadap China diperkirakan meningkat hingga 65%, yang menurut analis Morgan Stanley dapat menggerus pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,5 hingga 2 poin persentase sepanjang tahun 2025.
Di tengah ketegangan ini, pasar global mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Indeks Nikkei Jepang tercatat melonjak 6% pada Selasa (8/4), rebound dari level terendahnya dalam satu setengah tahun.
Pemulihan tersebut terjadi setelah Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menyetujui untuk memulai perundingan dagang dengan Presiden Trump. Saham-saham unggulan di China (blue chips) juga mengalami kenaikan 1% setelah sebelumnya tertekan lebih dari 7%, dan indeks Hang Seng Hong Kong berhasil bangkit dari kejatuhan terburuknya sejak krisis keuangan 1997.
Namun, kondisi berbeda terjadi di pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan hebat dan ditutup anjlok sebesar 9,19% ke level 5.912, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memberlakukan trading halt guna mencegah penurunan lebih lanjut.