[Medan | 23 Juli 2024] Bank Sentral China atau People Bank of China (PBOC) telah memangkas suku bunga jangka pendek untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun terakhir sebagai upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sambil bergeser ke arah kebijakan baru.
Adapun PBOC menurunkan suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 10 basis poin dari 1,8% menjadi 1,7%. Selanjutnya, China juga memangkas suku bunga pinjaman acuan dengan margin yang sama pada penetapan bulanan. Suku bunga dasar pinjaman (LPR) 1 tahun diturunkan menjadi 3,35% dari sebelumnya 3,45%, sedangkan LPR 5 tahun diturunkan menjadi 3,85% dari 3,95%.
Penurunan ini menjadikan kedua tingkat suku bunga tersebut berada pada level terendah dalam sejarah. Langkah ini diambil beberapa hari setelah pertemuan penting Partai Komunis di Beijing, yang saat ini menghadapi krisis di sektor real estate, penurunan konsumsi, dan tingkat pengangguran muda yang tinggi. Selain itu, ketegangan geopolitik dengan Washington dan Uni Eropa juga memengaruhi perdagangan internasional Beijing.
Sebagai informasi, perekonomian China mengalami perlambatan yang tajam pada kuartal kedua, dengan pertumbuhan hanya mencapai 4,7%, jauh di bawah ekspektasi dan menurun dari 5,3% pada tiga bulan sebelumnya. Ini merupakan angka terlemah sejak awal tahun 2023, meskipun pembatasan ketat Covid-19 telah sepenuhnya dicabut.
Selain itu, penjualan ritel hanya meningkat sebesar 2% dibandingkan tahun lalu pada bulan Juni, mencerminkan tantangan berat dalam meningkatkan konsumsi. Pemerintah daerah juga menghadapi utang yang meningkat menjadi US$ 5,6 triliun atau sekitar Rp 90 ribu triliun, menambah kekhawatiran mengenai stabilitas ekonomi yang lebih luas.
Ju Wang, kepala Greater China FX & strategi suku bunga di BNP Paribas, menambahkan bahwa ekspektasi terhadap Federal Reserve untuk memangkas suku bunga juga memberikan ruang bagi PBOC untuk melakukan pelonggaran moneternya. Wang memperkirakan akan ada lebih banyak penurunan suku bunga di China setelah The Fed memasuki siklus penurunan suku bunganya.