[Medan | 16 September 2024] Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mendorong Bank Indonesia (BI) untuk segera menurunkan suku bunga acuan, atau BI Rate, pada bulan ini. Desakan ini muncul setelah Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut dari Mei hingga Agustus 2024, yang menurutnya merupakan sinyal adanya pelemahan ekonomi dan daya beli masyarakat yang semakin menurun.
Menurut Esther, deflasi yang berkepanjangan adalah salah satu tanda krisis ekonomi yang harus diwaspadai. Oleh karena itu, ia mendorong BI sebagai otoritas moneter untuk segera melakukan intervensi guna mencegah dampak negatif lebih lanjut. Selain menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Esther mengingatkan bahwa BI memiliki tanggung jawab penting dalam menstabilkan harga-harga di pasar domestik.
Sejalan dengan itu, JP Morgan memprediksi bahwa BI akan memulai penurunan suku bunga acuan mulai bulan ini. Lembaga keuangan internasional itu memperkirakan bahwa BI akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) hingga akhir tahun 2024. Henry Wibowo, Head of Research & Strategic JP Morgan Indonesia, menyebutkan bahwa kemungkinan BI akan menurunkan 25 bps pada bulan September dan 25 bps lagi pada November.
Prediksi akan adanya penurunan suku bunga ini diperkirakan akan berdampak positif terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan bahwa IHSG berpotensi mencapai level 7.915 pada kuartal IV 2024, didorong oleh penurunan suku bunga dan ekspektasi pemulihan daya beli masyarakat.
Tidak hanya pasar saham, pasar obligasi juga akan mendapat manfaat dari kebijakan penurunan suku bunga. Obligasi yang telah diterbitkan dengan bunga lebih tinggi akan menjadi lebih menarik di mata investor karena menawarkan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan obligasi baru dengan suku bunga lebih rendah. Obligasi dengan tenor panjang, secara khusus, diproyeksikan mendapatkan keuntungan lebih besar karena dampak penurunan suku bunga lebih terasa pada harga obligasi jangka panjang dibandingkan jangka pendek.
Penurunan suku bunga juga akan mendorong performa sektor-sektor tertentu di pasar saham. Properti, perbankan, dan konsumsi adalah sektor-sektor yang biasanya paling diuntungkan. Di sektor properti, suku bunga rendah akan membuat pinjaman rumah menjadi lebih terjangkau, sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk membeli rumah. Perbankan juga mendapat manfaat dengan meningkatnya permintaan kredit, baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi.
Selain itu, sektor konsumsi diperkirakan akan tumbuh lebih pesat karena penurunan suku bunga akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Dengan bunga pinjaman yang lebih rendah, konsumen lebih cenderung mengakses kredit untuk membeli barang-barang konsumsi, yang pada gilirannya mendongkrak penjualan di berbagai industri, terutama ritel dan otomotif.