[Medan | 18 Januari 2024] Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional, tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi China mengalami peningkatan pada kuartal IV-2023 sebesar 5,2%, mengungguli kuartal sebelumnya yang sebesar 4,9%. Meskipun demikian, angka tersebut masih di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters yang sebesar 5,3%.
Pada tahun 2023, China, sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, menghadapi kesulitan untuk pulih sepenuhnya dari dampak pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan oleh penurunan yang terus menerus dalam sektor properti, kepercayaan konsumen dan dunia usaha yang lemah, serta peningkatan utang pemerintah daerah.
Tekanan deflasi yang berkelanjutan dan penurunan properti yang berlangsung lama akhirnya mendorong pihak berwenang untuk meluncurkan lebih banyak stimulus, termasuk penurunan suku bunga dan dukungan fiskal, guna membantu mencapai tujuan pemulihan ekonomi.
Meskipun demikian, China dianggap berhasil pulih dari perlambatan ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19, dengan mencatat pertumbuhan ekonomi lebih dari 5%. Namun, sejumlah ekonom internasional memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi China kemungkinan akan melambat menjadi sekitar 4,5% pada tahun 2024.
Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan jumlah penduduk China selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2023. Total penduduk China mengalami penurunan sebesar 2,08 juta menjadi 1,409 miliar pada tahun 2023, mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan tahun 2022. Penuaan penduduk dengan cepat akan membawa tantangan tambahan pada ekonomi negara yang sedang menghadapi kesulitan, terutama karena menyusutnya jumlah tenaga kerja yang mendukung pertumbuhan dan mendanai sistem pensiun.