[Medan | 12 September 2024] Pertumbuhan ekspor China pada Agustus 2024 melampaui ekspektasi pasar, sementara pertumbuhan impor mengalami perlambatan. Ekspor China meningkat sebesar 8,7% dibandingkan tahun lalu menjadi USD 308,65 miliar, melebihi perkiraan pasar yang sebesar 7,04%. Sebaliknya, impor hanya naik sebesar 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 7,2% yang tercatat pada Juli 2024.
Menurut data mitra dagang, ekspor China ke ASEAN naik 8,78% bulan lalu, sedangkan ekspor ke Rusia turun 10,37%. Pengiriman ke Amerika Serikat (AS) meningkat sebesar 4,94%, menunjukkan pertumbuhan positif selama tiga bulan berturut-turut, sementara pengiriman ke Uni Eropa (UE) naik 13,39%.
Kinerja ekspor yang kuat dan surplus perdagangan diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga dan sepanjang tahun ini. Namun, kondisi ekonomi dan geopolitik global yang kompleks menjadi tantangan besar bagi ekspor China. Para ekonom memperingatkan bahwa China berisiko gagal mencapai target pertumbuhannya jika terlalu bergantung pada ekspor, terutama setelah data ekonomi yang lesu baru-baru ini, yang meningkatkan tekanan pada pembuat kebijakan untuk memberikan lebih banyak stimulus guna memperbaiki perekonomian.
Hambatan perdagangan juga menjadi masalah besar. Surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat melebar menjadi USD 33,81 miliar pada Agustus dari USD 30,84 miliar pada Juli, yang dianggap oleh AS sebagai bukti ketidakseimbangan perdagangan yang menguntungkan China.
Di sisi lain, Kanada pada bulan lalu mengumumkan tarif 100% untuk kendaraan listrik China dan tarif 25% untuk baja serta aluminium China. China juga menghadapi kendala di tengah upayanya untuk mengalihkan lebih banyak ekspor ke Asia Tenggara dan Asia Selatan. India berencana menaikkan tarif untuk baja China, Indonesia akan menerapkan bea masuk tinggi terhadap tekstil impor, dan Malaysia membuka penyelidikan anti-dumping terhadap impor plastik dari China dan Indonesia.