[Medan | 11 Oktober 2024] Harga batu bara kembali mengalami penurunan akibat proyeksi penurunan permintaan dari India selama musim hujan. Menurut Refinitiv, harga kontrak batu bara November di ICE Newcastle pada perdagangan Rabu (9/10/2024) merosot sebesar 2,52% menjadi US$147 per ton. Dengan ini, tren penurunan harga telah berlangsung selama dua hari berturut-turut, dengan total penurunan sebesar 4%. Penurunan ini menghapus kinerja positif batu bara yang mengalami kenaikan sebesar 8% antara 3-7 September 2024.
Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, produksi listrik dari pembangkit berbahan bakar batu bara di India mengalami penurunan untuk kedua kalinya berturut-turut pada bulan September, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan penggunaan listrik dan meningkatnya kontribusi dari tenaga surya. Data dari regulator jaringan nasional menunjukkan bahwa penurunan ini mencerminkan perubahan pola penggunaan bahan bakar di negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Penurunan ini terjadi setelah 47 bulan berturut-turut pertumbuhan tahunan penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik, yang menunjukkan adanya pergeseran dalam pola konsumsi energi. Meskipun konsumsi listrik di India terus meningkat sejak pandemi, terutama karena pertumbuhan ekonomi dan gelombang panas, hujan lebat selama musim monsun tahun ini telah menurunkan permintaan pendingin udara, berdampak pada penurunan konsumsi listrik secara keseluruhan.
Data dari Grid-India yang dikelola pemerintah menunjukkan bahwa total listrik yang dihasilkan dari pembangkit berbahan bakar batu bara dan lignit turun 5,8% secara tahunan pada bulan September, setelah sebelumnya juga mengalami penurunan 4,9% pada Agustus. Sebagai perbandingan, selama tujuh bulan pertama tahun ini, penggunaan batu bara tercatat meningkat 10%.
Pertumbuhan permintaan listrik yang melambat, hanya tumbuh 1,1% pada kuartal September dibandingkan dengan peningkatan 9,7% pada paruh pertama tahun ini, juga berkontribusi pada penurunan penggunaan batu bara. CRISIL, unit dari lembaga pemeringkat S&P, menyatakan bahwa hujan deras di wilayah barat dan utara pada bulan September berkontribusi pada penurunan permintaan listrik.
Sementara itu, peningkatan instalasi tenaga surya mendorong pertumbuhan produksi listrik dari sumber tersebut sebesar 26,4% secara tahunan pada bulan September, yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi dalam 12 bulan terakhir. Hal ini juga meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam total produksi listrik India menjadi rekor 13,9% pada kuartal tersebut.
Peningkatan curah hujan di beberapa negara bagian utama turut membantu pertumbuhan pembangkit listrik tenaga air sebesar 26% pada bulan September dibandingkan tahun lalu, dan mengurangi pangsa pembangkit berbahan bakar batu bara menjadi yang terendah dalam dua tahun terakhir.
Selain itu, peningkatan produksi tenaga nuklir sebesar 18,5% selama kuartal tersebut juga berkontribusi pada pengurangan ketergantungan terhadap batu bara, yang kini menyumbang 67,2% dari total produksi listrik, berdasarkan data Grid-India. Penurunan ketergantungan pada batu bara juga berdampak pada penurunan impor bahan bakar tersebut, yang merosot 6,1% pada bulan September, penurunan paling tajam dalam 12 bulan terakhir, menurut data dari konsultan Bigmint.