[Medan | 8 November 2024] Harga emas turun tajam sebesar 3% ke posisi terendah dalam tiga minggu pada perdagangan Rabu (6/11/2024). Emas di pasar spot ditutup pada US$ 2.658,93 per troy ons, melemah 3,16% dibanding hari sebelumnya, dan mencapai level terendah sejak 14 Oktober.
Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak kemenangan Trump dalam Pilpres AS, dimana ia berhasil mengalahkan Kamala Harris. Pada Kamis pagi (7/11/2024) pukul 07.24 WIB, Trump telah meraih 295 suara elektoral, unggul dari Harris yang memperoleh 224 suara.
Analis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa kemenangan Trump memicu peralihan modal dari aset safe haven seperti emas ke Dolar AS, Bitcoin, dan saham, yang dinilai lebih menarik di tengah ketidakpastian pasar. Selain itu, Bitcoin mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai rekor tertinggi di US$ 75.407, menarik perhatian investor. Pasar bereaksi terhadap janji Trump untuk melonggarkan regulasi kripto, menjadikan Bitcoin alternatif yang lebih menarik dibanding emas.
Andy menambahkan bahwa arus modal yang bergeser dari emas ke Bitcoin dan saham menunjukkan preferensi pasar terhadap aset berisiko. Akibatnya, tekanan jual pada emas kemungkinan akan terus berlanjut selama sentimen risk-on mendominasi pasar. Andy juga mencatat bahwa penguatan Dolar AS, yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi pro-bisnis Trump, semakin mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Di tengah optimisme pasar terhadap kebijakan pajak rendah dan pelonggaran regulasi di sektor bisnis dan kripto, harga emas kemungkinan masih akan tertekan. Andy juga mencatat bahwa klaim optimis Trump untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina dalam waktu singkat turut menenangkan kekhawatiran geopolitik yang biasanya meningkatkan permintaan terhadap emas.
Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS akibat spekulasi ini menambah tekanan bagi harga emas, karena investor lebih tertarik pada aset yang memberikan imbal hasil dibandingkan emas yang tidak menghasilkan keuntungan langsung. Hal ini memicu aksi jual lebih lanjut pada emas dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, Andy menyoroti bahwa kondisi pasar saat ini kurang mendukung emas sebagai aset safe haven. Arus dana yang beralih ke Dolar AS, Bitcoin, dan saham menyebabkan harga emas tertekan lebih lanjut. Dengan indeks Dolar AS yang terus menguat dan optimisme pasar terhadap kebijakan Trump, prospek kenaikan harga emas terlihat semakin terbatas.