[Medan | 10 Oktober 2025] Harga emas dunia terkoreksi tajam pada perdagangan Kamis (9/10/2025), turun 1,5% menjadi US$3.982,7 per troy ons di pasar spot. Penurunan ini mengakhiri reli empat hari beruntun yang sempat membawa harga emas menembus level psikologis US$4.000 per ons.
Meski demikian, dalam sepekan terakhir harga emas masih naik 3,29%, dan secara bulanan naik 9,4%. Sepanjang tahun berjalan (year-to-date), harga emas masih melesat 51,26%, menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik pada 2025.
Analis menilai pelemahan ini wajar sebagai aksi ambil untung setelah reli panjang. Bernard Dahdah, analis Natixis, menyebut koreksi jangka pendek bisa terjadi akibat kenaikan margin, aksi likuidasi investor berutang, serta profit taking, namun tren jangka panjang tetap positif dan berpotensi menguat kembali pada 2026.
Dahdah juga menyoroti faktor politik AS, terutama potensi berakhirnya shutdown pemerintahan yang telah memasuki pekan kedua. Jika Kongres menyetujui undang-undang pendanaan baru, harga emas bisa tertekan karena berkurangnya ketidakpastian ekonomi. Setelah dua shutdown sebelumnya di era Obama dan Trump, harga emas justru melemah.
Faktor lain yang berpengaruh adalah kebijakan moneter AS dan pergerakan pasar obligasi. Meski The Fed diperkirakan masih akan memangkas suku bunga dua kali lagi tahun ini, tekanan politik dari Presiden Trump agar bank sentral lebih agresif bisa menciptakan ketidakpastian baru.
Dahdah juga menilai potensi arus keluar dari pasar uang AS menjadi salah satu pendorong reli emas sebelumnya. Jika 1% dana keluar dari reksa dana pasar uang AS dan 20% di antaranya masuk ke emas fisik, harga bisa naik sekitar 10%. Namun, harga tinggi berisiko menekan permintaan perhiasan dan pembelian oleh bank sentral yang selama ini menopang sekitar 70% permintaan global. Natixis memperkirakan harga emas rata-rata akan berada di kisaran US$3.760 per ons pada 2026.
Analis OCBC Christopher Wong memperingatkan reli emas bisa terhenti jika kebuntuan fiskal AS segera berakhir atau suku bunga kembali naik. Emas memang menjadi aset lindung nilai di masa ketidakpastian, tapi perlindungan itu tidak bersifat permanen.
Pada 2022, harga emas sempat turun dari US$2.000 ke US$1.600 per ons ketika The Fed menaikkan suku bunga secara agresif. Saat ini, reli emas lebih banyak ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga, namun ketegangan politik antara Trump dan The Fed dapat menambah volatilitas pasar.