[Medan | 19 Agustus 2024] Harga emas mencapai rekor tertinggi pada Jumat, 16 Agustus 2024, didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ekspektasi akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September. Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah juga turut mendorong permintaan terhadap emas.
Harga emas spot melonjak 1,7% menjadi US$ 2.498,72 per ons pada pukul 18:27 GMT, setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi di level US$ 2.500,99. Sementara itu, harga kontrak berjangka emas AS ditutup naik 1,8% menjadi US$ 2.537,8 per ons. Sepanjang pekan ini, emas mencatatkan kenaikan sebesar 2,8%.
Selain sentimen pemangkasan suku bunga AS, permintaan yang kuat dari bank-bank sentral dunia, khususnya China, juga mendorong kenaikan harga emas. Pembelian emas oleh China merupakan faktor utama dalam reli emas batangan pada Maret-April, dan jika permintaan kembali meningkat, harga emas bisa naik lebih tinggi.
Bart Melek, kepala strategi komoditas global di TD Securities, memperkirakan harga emas dapat mencapai US$ 2.700 dalam beberapa kuartal mendatang, mengingat ketidakpastian global seperti gejolak geopolitik di Timur Tengah pasca meninggalnya Presiden Iran, dinamika politik global, serta risiko perlambatan ekonomi dunia.
Selain itu, pelemahan indeks dolar AS, yang semakin tertekan oleh prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed, juga diperkirakan akan terus mendukung kenaikan harga emas. Ketika dolar AS melemah, nilai tukar mata uang di pasar negara berkembang, termasuk Rupiah, cenderung menguat, menjadikan emas lebih menarik sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Kenaikan harga emas ini berpotensi menjadi sentimen positif bagi saham-saham yang terkait dengan komoditas ini, seperti PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM). ANTM berhasil mencetak laba Rp 1,31 triliun pada kuartal II-2024, meningkat hingga 450% secara kuartalan (QoQ).
Peningkatan laba bersih ANTM didorong oleh lonjakan penjualan sebesar 68% QoQ, dari Rp 8,62 triliun menjadi Rp 14,56 triliun. Segmen emas menyumbang porsi terbesar dari pendapatan, mencapai 77% atau setara dengan 77,10% dari total pendapatan, dengan pertumbuhan lebih dari 40% QoQ. Segmen nikel juga mencatat pertumbuhan pesat, melonjak 434% QoQ menjadi Rp 2,95 triliun pada kuartal II-2024.