[Medan | 17 September 2024] Harga minyak naik hampir 2% pada Senin (16/9), didorong oleh gangguan yang terus berlanjut pada infrastruktur minyak di Teluk Meksiko, AS, meskipun kekhawatiran terkait permintaan minyak muncul setelah rilis data ekonomi terbaru dari China. Investor juga mengantisipasi keputusan suku bunga The Fed minggu ini, yang berpotensi mempengaruhi pasar global dan permintaan minyak.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk pengiriman November naik US$1,40 atau 1,96% menjadi US$73,01 per barel pada pukul 13:15 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober melonjak US$1,60 atau 2,33% menjadi US$70,25 per barel.
Priyanka Sachdeva, analis dari Phillip Nova, menjelaskan bahwa meskipun harga didukung oleh gangguan pasokan di Teluk Meksiko, pasar tetap waspada menunggu keputusan suku bunga The Fed pada Rabu (18/9). Beberapa pedagang memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps), lebih besar dari prediksi sebelumnya yang hanya 25 bps, sebagaimana tercermin dalam CME FedWatch Tool, yang melacak kontrak berjangka suku bunga The Fed. Penurunan suku bunga dapat mendorong aktivitas ekonomi dengan menurunkan biaya pinjaman, yang pada gilirannya bisa meningkatkan permintaan minyak.
Namun, Kelvin Wong, analis dari OANDA, memperingatkan bahwa penurunan suku bunga sebesar 50 bps dapat mengindikasikan kelemahan ekonomi AS, yang berpotensi memengaruhi konsumsi minyak di masa depan. Analis Saxo Bank, Ole Hansen, menambahkan bahwa aktivitas perdagangan kemungkinan tetap tenang sebelum pertemuan The Fed, dengan keputusan suku bunga yang tampak seperti “lemparan koin” antara 25 dan 50 bps.
Dari sisi permintaan, data ekonomi China yang lemah akhir pekan lalu menekan sentimen pasar. Pertumbuhan output industri di China, sebagai importir minyak terbesar dunia, turun ke level terendah dalam lima bulan pada Agustus. Selain itu, penjualan ritel dan harga rumah baru juga melemah, sementara output kilang turun untuk bulan kelima berturut-turut akibat permintaan bahan bakar yang rendah dan margin ekspor yang buruk.
Meski harga Brent dan WTI masing-masing naik sekitar 1% pekan lalu, harga minyak masih berada di bawah rata-rata Agustus yang sebesar US$78,88 dan US$75,43 per barel, setelah penurunan tajam awal bulan ini karena kekhawatiran permintaan yang melemah.