[Medan | 24 Oktober 2024] Nilai tukar rupiah pada Rabu (23/10/2024) ditutup melemah sebesar 59 poin atau 0,38% menjadi Rp15.626 per dolar AS, setelah pekan sebelumnya berada di Rp15.567 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah juga dibuka melemah pada hari tersebut di level Rp15.610 per dolar AS.
Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS, meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketegangan geopolitik, serta ketahanan ekonomi AS yang kuat.
Sinyal kekuatan ekonomi AS ini memicu spekulasi bahwa pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada November akan sebesar 25 basis poin, lebih kecil dari prediksi pemangkasan 50 basis poin pada September. Selain itu, pasar juga sedang mengantisipasi pemilihan presiden AS, di mana jajak pendapat menunjukkan Donald Trump dari Partai Republik lebih unggul dibanding Kamala Harris dari Partai Demokrat.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah terus memanas, dengan Israel melancarkan serangan terhadap Hamas dan Hizbullah, sementara diplomat AS berupaya mencapai gencatan senjata meski belum ada tanda-tanda de-eskalasi. Israel juga dilaporkan mempersiapkan serangan balasan terhadap Iran. Di sisi lain, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1% pada 2029.
Untuk tahun 2024, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di 5,0%, sama seperti tahun lalu. Hal ini tercantum dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2024. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak menunjukkan peningkatan signifikan di masa depan, dengan estimasi pertumbuhan hanya 5,1% pada 2025 dan tetap di angka yang sama hingga 2029, ketika masa jabatan Presiden Prabowo Subianto berakhir.
Proyeksi IMF ini seolah menunjukkan bahwa ambisi Presiden Prabowo sulit tercapai. Selain itu, IMF juga memprediksi inflasi Indonesia akan stabil di 2,3% pada 2024, dengan defisit transaksi berjalan diperkirakan sebesar -1,0%, serta tingkat pengangguran di angka 5,2%.
Secara umum, laporan World Economic Outlook menyebutkan bahwa inflasi global diperkirakan turun menjadi 3,5% pada akhir 2025, lebih rendah dari rata-rata 3,6% pada periode 2000-2019. Meskipun terjadi pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara, ekonomi global tetap tangguh dan berhasil menghindari resesi.