[Medan | 4 Februari 2025] Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,76% pada Januari 2025. Ini merupakan deflasi pertama di awal tahun, setelah terakhir terjadi pada September 2024.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa deflasi terbesar disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang turun 9,16%, dengan komoditas tarif listrik memberikan andil sebesar 1,47%.
Secara regional, deflasi terjadi di 34 dari 38 wilayah yang dicatat BPS. Papua Barat mengalami deflasi terdalam sebesar 2,29%, sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Kepulauan Riau, mencapai 0,43%.
Sejumlah ekonom menilai deflasi bulanan sebesar 0,76%, yang merupakan yang terdalam sejak September 1999, mencerminkan tekanan terhadap perekonomian nasional. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rizal Taufikurahman, menilai bahwa deflasi dapat menjadi sinyal melemahnya daya beli masyarakat, terutama jika disebabkan oleh penurunan permintaan agregat akibat ketidakpastian ekonomi atau stagnasi pendapatan.