[Medan | 14 Mei 2025] Inflasi Amerika Serikat (AS) pada April 2025 tercatat lebih jinak dari ekspektasi pasar, memberi sinyal bahwa tekanan harga mulai mereda di tengah stabilnya harga pakaian dan mobil baru.
Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Selasa (13/5/2025), indeks harga konsumen (CPI) inti—yang tidak memasukkan kategori makanan dan energi—mengalami kenaikan 0,2% dibandingkan Maret. Secara tahunan, inflasi inti tetap berada di level 2,8%, tidak berubah dari bulan sebelumnya. Sementara itu, CPI secara keseluruhan naik 0,2% dari bulan sebelumnya dan tumbuh 2,3% secara tahunan—level terendah sejak Februari 2021.
Meskipun data ini memperkuat harapan akan laju inflasi yang terkendali, banyak pelaku pasar tetap mewaspadai efek tertunda dari kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump. Meski saat ini terdapat jeda eskalasi perang dagang dengan China melalui kesepakatan penurunan tarif selama 90 hari, tarif masih berpotensi menjadi pemicu inflasi ke depan jika pembicaraan lanjutan gagal menghasilkan solusi permanen.
Berdasarkan kesepakatan terbaru, tarif AS atas produk asal China dipangkas dari 145% menjadi 30%, sementara China memangkas tarif atas produk AS dari 125% menjadi 10%.
Namun, tarif atas produk fentanyl tetap berlaku sebesar 20%.
Seiring dengan rilis data inflasi ini, pasar mulai menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap kebijakan suku bunga The Fed. Jika sebelumnya pelaku pasar memperkirakan pelonggaran moneter hingga 75 basis poin (bps) pada 2025, kini ekspektasi tersebut menurun menjadi hanya sekitar 56 bps. Ini berarti pelaku pasar melihat kemungkinan hanya dua kali pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed tahun ini, dengan pemangkasan pertama diperkirakan baru terjadi pada bulan September.