[Medan | 12 Juni 2025] Laporan inflasi Amerika Serikat yang dirilis Rabu (11/6/2025) menunjukkan angka yang lebih rendah dari ekspektasi, sehingga memperkuat harapan pasar bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga pada September mendatang.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, Indeks Harga Konsumen (CPI) hanya naik 0,1% secara bulanan pada Mei, lebih rendah dari kenaikan 0,2% di April. Sementara itu, secara tahunan, inflasi umum tercatat naik 2,4%, sedikit lebih tinggi dari 2,3% bulan sebelumnya. Di sisi lain, inflasi inti, yang mengecualikan komponen makanan dan energi, turun menjadi 0,1% bulanan, dari sebelumnya 0,2%. Inflasi inti tahunan tetap berada di angka 2,8%.
Meski target inflasi The Fed sebesar 2% belum tercapai, data ini menambah keyakinan bahwa tekanan harga saat ini masih terkendali. Namun, The Fed diperkirakan tidak akan langsung memangkas suku bunga pada rapat kebijakan mendatang, melainkan akan menunggu dan mengevaluasi dampak tarif dagang baru dari Presiden Trump terhadap perekonomian.
Beberapa analis menduga bahwa efek kenaikan tarif belum sepenuhnya terasa, karena sejumlah perusahaan memilih untuk menyerap beban tambahan atau menimbun barang sebelum tarif berlaku penuh. Brian Coulton, Kepala Ekonom Fitch Ratings, menilai bahwa strategi penumpukan inventaris bisa menunda kenaikan harga, sementara ketidakpastian arah kebijakan perdagangan AS membuat pelaku usaha lebih hati-hati dalam menaikkan harga.
Meski begitu, Coulton menambahkan bahwa kenaikan harga barang-barang inti kemungkinan tinggal menunggu waktu, dan ada risiko konsumen akan mulai membatasi pengeluaran setelah bertahun-tahun menghadapi tekanan inflasi pasca-pandemi.
Dengan inflasi yang cenderung melemah, pasar tenaga kerja yang masih kuat, serta belum pastinya arah kebijakan tarif, The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga dalam waktu dekat. Namun, bila tren penurunan inflasi dan pelemahan ekonomi terus berlanjut, tekanan untuk segera menurunkan suku bunga akan semakin meningkat.