[Medan | 3 Desember 2025] Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi Indonesia pada Desember 2024 mencapai 0,44% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 1,57% secara tahunan (year-on-year/yoy). Dengan angka inflasi tahunan tersebut, 2024 menjadi tahun dengan inflasi terendah dalam sejarah Indonesia, melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2020 sebesar 1,68%.
Rendahnya inflasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk melemahnya daya beli masyarakat serta melandainya harga pangan pokok pada paruh pertama tahun, berbeda dengan lonjakan harga yang sempat terjadi pada 2022 dan 2023.
Sejumlah komoditas utama turut meredam laju inflasi sepanjang 2024. Cabai merah mencatat deflasi 46,53% dengan kontribusi deflasi sebesar 0,27%, sementara cabai rawit mengalami deflasi 39,74% dengan andil 0,18%. Selain itu, harga bensin turun dengan deflasi 1,86% yang memberikan kontribusi 0,09%, dan tarif angkutan udara mencatat deflasi 7,26% dengan andil 0,06%.
Kondisi ini membawa tantangan dan peluang bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di satu sisi, inflasi rendah dapat menjadi modal untuk mendorong konsumsi masyarakat berkat terkendalinya harga. Namun, di sisi lain, hal ini juga dapat mencerminkan lemahnya daya beli masyarakat, yang perlu mendapat perhatian dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.