[Medan | 9 April 2025] Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi tahunan pada Maret 2025 mencapai 1,03% secara year-on-year (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,05%. Meskipun begitu, inflasi tahunan pada bulan ini menunjukkan kenaikan tajam dibandingkan Februari 2025 yang justru mengalami deflasi tahunan sebesar 0,09% yoy.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan bahwa kenaikan inflasi Maret ini didorong oleh sejumlah komoditas, dengan tarif listrik memberikan andil paling besar sebesar 1,18%. Selain itu, komoditas lain yang turut menyumbang inflasi antara lain bawang merah (0,11%), cabai rawit (0,06%), emas perhiasan (0,05%), dan daging ayam ras (0,03%). Di sisi lain, tarif angkutan udara tercatat menyumbang deflasi sebesar 0,04%.
Kembalinya inflasi ini dinilai cukup menggembirakan setelah sebelumnya Indonesia mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut secara bulanan, yakni pada Januari dan Februari 2025 masing-masing sebesar 0,76% dan 0,48%. Bahkan secara tahunan, Februari 2025 juga mencatat deflasi sebesar 0,09% yoy.
Peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 bertepatan dengan berakhirnya program diskon tarif listrik 50% dari pemerintah yang berlaku sejak Januari hingga 28 Februari 2025. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menegaskan bahwa program stimulus ini tidak akan dilanjutkan. Program diskon tersebut ditujukan bagi pelanggan listrik PT PLN (Persero) dengan daya 2.200 VA ke bawah dan diperkirakan menjangkau sekitar 81,4 juta pelanggan rumah tangga dari total 84 juta pelanggan PLN.
Secara rinci, penerima stimulus terdiri dari 24,6 juta pelanggan dengan daya 450 VA, 38 juta pelanggan 900 VA, 14,1 juta pelanggan 1.300 VA, dan 4,6 juta pelanggan 2.200 VA. Dengan berakhirnya diskon tersebut, kelompok pengeluaran Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga melonjak signifikan secara bulanan, tercatat naik sebesar 8,45% pada Maret 2025.