[Medan | 24 April 2024] Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 23 dan 24 Maret 2024. Selain menaikkan suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility ke level 5,50% dan suku bunga lending facility di level 7%.
Menurut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan tersebut diambil sebagai langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini sangat penting terutama di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang semakin meningkat, yang dipicu oleh perubahan arah kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dan eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah.
Sebagai informasi, The Fed awalnya diperkirakan akan menurunkan suku bunganya pada semester II-2024 ini. Akan tetapi, banyak pihak yang memprediksikan bahwa The Fed akan menahan lebih lama suku bunganya di level yang tinggi (high for longer) karena ketidakpastian global yang masih memanas, dan ditambah lagi dengan adanya konflik Iran dan Israel.
Adapun menurut perangkat CME FedWatch, investor kini melihat peluang The Fed memangkas suku bunga pada Juni hanya 56,3%, turun dari ekspektasi pekan lalu di 63%, dan suku bunga AS diproyeksikan baru akan diturunkan sebesar 25 bps pada bulan Desember nanti. Perry juga menyatakan bahwa keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan ini bertujuan untuk menjaga laju inflasi nasional agar tetap berada dalam target yang telah ditetapkan, yaitu di rentang 1,5% – 3,5%.
Di samping itu, Perry optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 akan tetap berada dalam kisaran yang telah ditetapkan BI, yaitu 4,7% – 5,5%, dan defisit transaksi berjalan (CAD) di 0,1% – 0,9% dari PDB, yang didukung oleh permintaan domestik yang tetap kuat dari konsumsi rumah tangga, serta berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya properti swasta sebagai dampak positif dari insentif Pemerintah. Rupiah juga diperkirakan akan stabil di kisaran Rp 16.200 per dolar AS pada kuartal II-2024 ini, dan akan menguat ke Rp 15.800 per dolar AS di kuartal-IV mendatang.
Perry juga menegaskan bahwa meskipun suku bunga acuan naik, BI tetap memberikan stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui kebijakan makroprudensial yang longgar. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
Adapun salah satu kebijakan makroprudensial longgar yang akan ditempuh adalah dengan memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan melalui perluasan cakupan sektor prioritas, yakni sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan, Listrik-Gas-Air Bersih (LGA), dan jasa sosial; serta penyesuaian besaran insentif untuk setiap sektor yang akan berlaku mulai 1 Juni 2024 mendatang.