[Medan | 28 Agustus 2024] Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa penetapan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2025 adalah langkah yang perlu diambil untuk menghadapi dinamika ekonomi global saat ini.
Selama tiga bulan terakhir, nilai tukar rupiah bersama beberapa mata uang lainnya menghadapi tekanan akibat penguatan dolar AS. Namun, dalam dua minggu terakhir, rupiah menunjukkan penguatan kembali, menandakan adanya hubungan erat antara nilai tukar rupiah dan kondisi ekonomi global. Data Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah pada Rp 15.470 pada Selasa (27/8/2024).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia, khususnya neraca pembayaran, mendukung kinerja mata uang rupiah. Ekspor diharapkan memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, Menkeu menambahkan bahwa Amerika Serikat berencana menerbitkan sejumlah besar surat berharga negara untuk menutupi defisit fiskalnya. Hal ini dapat mempengaruhi pasar surat berharga negara di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sri Mulyani juga memproyeksikan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya yang hanya 75 basis poin. Penurunan suku bunga ini diharapkan akan meningkatkan daya tarik surat berharga di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang memiliki kondisi fiskal yang baik. Kredibilitas fiskal Indonesia menjadi daya tarik tambahan bagi masuknya aliran modal asing. Pemerintah juga membuka ruang untuk aspirasi DPR dalam menentukan asumsi nilai tukar rupiah untuk RAPBN 2025.