[Medan | 1 November 2024] Hasil Pemilihan Presiden AS akan memengaruhi kondisi ekonomi global, termasuk Indonesia, terutama karena kedua calon presiden, Donald Trump dan Kamala Harris, memiliki pandangan ekonomi yang berlawanan. Menurut ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin, kebijakan perdagangan internasional dan industrialisasi Harris berpotensi membawa dampak lebih positif bagi Indonesia, sedangkan kebijakan fiskal dan politik luar negeri Trump bisa memberikan keuntungan tertentu bagi Indonesia.
Trump berencana menerapkan tarif impor sebesar 10-20% untuk semua produk, dan hingga 60% untuk produk dari China, sementara Harris lebih selektif dalam perdagangan global. Dalam pengelolaan inflasi, Trump ingin menurunkan harga minyak dengan meningkatkan produksi dan menekan suku bunga, sedangkan Harris cenderung mengendalikan harga produk tertentu. Di bidang politik luar negeri, Trump bersikap lebih isolasionis, menolak keterlibatan dalam konflik seperti di Ukraina, sementara Harris berkomitmen untuk terus mendukung Ukraina.
Dalam hal perpajakan, Trump berencana menurunkan pajak korporasi bagi perusahaan yang memproduksi di AS, sementara Harris akan menaikkan pajak atas keuntungan. Wijayanto menilai kebijakan Trump dalam meningkatkan produksi minyak dan menurunkan suku bunga dapat menguntungkan Indonesia dengan menurunkan defisit APBN, yang setiap kenaikan harga minyak US$1 per barel dapat meningkatkan defisit hingga Rp5-6 triliun.
Selain itu, kebijakan ekonomi presiden terpilih akan memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga BI dan pemerintah perlu mempersiapkan langkah mitigasi terhadap kebijakan baru. Adapun berdasarkan jajak pendapat FiveThirtyEight per 30 Oktober 2024, Kamala Harris unggul 1,4 poin persentase atas Donald Trump.