[Medan | 24 Juni 2025] Harga minyak dunia anjlok hingga 6% pada Selasa, 24 Juni 2025, menyentuh titik terendah dalam dua pekan terakhir. Penurunan ini dipicu oleh ekspektasi pasar bahwa gencatan senjata antara Iran dan Israel akan meredakan kekhawatiran gangguan pasokan energi dari kawasan Timur Tengah.
Mengutip laporan Reuters, harga minyak Brent turun US$ 4,34 atau 6,1% ke level US$ 67,14 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) merosot US$ 4,14 atau 6% ke US$ 64,37 per barel. Ini merupakan penutupan terendah Brent sejak 10 Juni dan terendah WTI sejak 5 Juni 2025—periode sebelum dimulainya serangan udara Israel ke fasilitas strategis Iran.
Meskipun gencatan senjata diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, kondisi di lapangan masih belum stabil. Trump bahkan menyatakan bahwa kedua pihak telah melanggar kesepakatan beberapa jam setelah pernyataan resmi dikeluarkan. Tamas Varga, analis senior di PVM Oil Associates, menyebut bahwa premi risiko geopolitik yang sempat melonjak kini telah “hampir sepenuhnya menguap”.
Sehari sebelumnya, harga Brent dan WTI sudah turun lebih dari 7% setelah mencapai level tertinggi dalam lima bulan menyusul serangan udara Amerika terhadap fasilitas nuklir Iran.
Sebelumnya, kekhawatiran pasar dipicu oleh potensi terganggunya jalur vital di Selat Hormuz, yang menyalurkan sekitar 18–19 juta barel minyak per hari, atau hampir 20% konsumsi global.
Di sisi pasokan, KazMunayGaz—perusahaan energi nasional Kazakhstan—meningkatkan proyeksi produksi minyak di ladang Tengiz dari 34,8 juta ton metrik menjadi 35,7 juta ton metrik pada 2025. Kazakhstan merupakan anggota OPEC+, yang kini mulai menunjukkan kecenderungan meningkatkan produksi.
Selain itu, produksi minyak Guyana juga naik menjadi 667.000 barel per hari pada Mei 2025, dibandingkan 611.000 barel per hari pada April, didorong oleh peningkatan output dari dua fasilitas produksi milik Exxon Mobil.