[Medan | 3 Oktober 2024] Harga minyak mentah dunia melonjak setelah Iran meluncurkan serangan terhadap Israel. Pada Rabu (2/10) sore, harga minyak WTI tercatat naik lebih dari 3% dalam sehari, mencapai level US$72,05 per barel, sementara harga minyak Brent naik 2,57% dalam sehari dan 3,63% selama sepekan menjadi US$75,47 per barel.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, mengamati bahwa kenaikan harga minyak ini dipicu oleh kekhawatiran akan eskalasi konflik regional di Timur Tengah setelah Iran melancarkan serangan rudal balistik ke Israel pada Selasa (1/10) malam. Tingkat reaksi pasar terhadap serangan ini, menurut Sutopo, bergantung pada skala kerusakan yang ditimbulkan serta respons Israel. Jika Israel merespons dengan menyerang fasilitas minyak Iran atau memblokade Selat Hormuz, harga minyak mentah bisa melonjak lebih tinggi.
Sementara itu, Libya bersiap untuk memulai kembali produksi minyaknya setelah penyelesaian konflik internal. Produksi minyak Libya sempat turun dari 1,2 juta barel per hari menjadi di bawah 450 ribu barel pada Agustus akibat ketidakstabilan politik. Di sisi lain, cuaca buruk juga menjadi perhatian, dengan lima badai di cekungan Atlantik yang dipantau oleh Pusat Badai Nasional AS. Badai tropis Kirk diprediksi menjadi badai pada akhir pekan, dan sekitar 3% produksi minyak mentah serta 1% produksi gas alam di Teluk Meksiko masih terganggu pasca-Badai Helene.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, menilai ketegangan di Timur Tengah sebagai faktor utama di balik kenaikan harga minyak. Investor khawatir akan gangguan pasokan, terutama karena Iran, salah satu produsen terbesar OPEC, terlibat dalam konflik. Jika konflik ini semakin parah dan mengganggu pasokan, harga minyak bisa mencapai US$80 per barel. Namun, Lukman memperkirakan kenaikan harga ini akan terbatas, karena investor juga mengantisipasi langkah OPEC+ yang mungkin akan meningkatkan produksi. Sutopo memproyeksikan harga minyak WTI akan diperdagangkan di sekitar US$73 per barel pada akhir 2024.