[Medan | 16 Desember 2025] Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25% menjadi 0,75% pada rapat kebijakan 18–19 Desember 2025. Perkiraan ini didukung mayoritas ekonom dalam survei Bloomberg dan Reuters.
Jika terealisasi, langkah ini menjadi kenaikan suku bunga pertama sejak Januari 2025 dan menandai dimulainya kembali pengetatan kebijakan moneter Jepang setelah bertahun-tahun menerapkan suku bunga sangat rendah.
Kenaikan suku bunga didorong oleh inflasi Jepang yang masih tinggi, sekitar 3%, di atas target BOJ sebesar 2%. Selain itu, pelemahan yen membuat harga barang impor naik dan menambah tekanan biaya hidup. BOJ juga menilai ekonomi Jepang cukup kuat, ditopang oleh kenaikan upah dalam dua tahun terakhir.
Selama bertahun-tahun, Jepang dikenal sebagai sumber dana murah dunia. Suku bunga rendah mendorong investor global meminjam yen untuk diinvestasikan ke negara lain yang bunganya lebih tinggi, strategi yang dikenal sebagai carry trade. Namun, kenaikan suku bunga membuat strategi ini kurang menguntungkan.
Akibatnya, investor diperkirakan akan menutup pinjaman yen dan menarik dananya kembali ke Jepang. Proses ini bisa membuat yen menguat dan memicu pergerakan besar di pasar keuangan global.
Dampak Kenaikan Suku Bunga Jepang
Global
- Arus dana global berpotensi kembali ke Jepang
- Yen menguat akibat meningkatnya permintaan
- Permintaan obligasi AS menurun
- Yield obligasi AS naik
- Volatilitas pasar keuangan global meningkat
Indonesia
- Rupiah berpotensi melemah sementara
- Yield Surat Utang Negara (SUN) naik
- Aliran dana asing lebih selektif
- Pasar saham dan obligasi lebih bergejolak
- Bank Indonesia fokus menjaga stabilitas pasar

